Tuesday, September 2, 2008
Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung (Connected Model) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-C MTs Negeri 2 Malang.
“Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Tebimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari”
Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Malang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri atas fakta, konsep, dan teori yang dihafalkan, tetapi menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan (Buts. J Hall, dalam Sutardjo 1998). Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran fisika, siswa tidak hanya menghafal namun harus memperoleh pembelajaran secara aktif melalui berbagai kegiatan sains. Tetapi tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran fisika sesuai dengan hakekatnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MTs Al-Maarif 02 Singosari melalui wawancara dengan guru fisika kelas VIII diketahui bahwa, pembelajaran fisika di MTs Al-Maarif 02 Singosari dilakukan dengan metode ceramah secara terus menerus dengan kata lain kegiatan pembelajaran berpusat pada guru bukan siswa. Salah satu metode yang pernah diterapkan oleh guru fisika MTs Al-Maarif 02 Singosari adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kelompok yaitu memberikan soal yang berbeda pada masing-masing siswa dalam satu kelompok, namun kegiatan ini belum mengaktifkan siswa seluruhnya. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang masih bergantung atau berpusat pada teman dan kurang aktif dalam berpikir.
Salah satu kendala terbesar dalam pelaksanaan kegiatan praktikum adalah ruang laboratorium di MTs Al-Maarif 02 Singosari tidak difungsikan untuk praktikum. Ruang tempat penyimpanan alat di MTs Al-Maarif 02 Singosari berukuran 4 x 3 meter persegi, alat-alat praktikum tidak tersusun rapi dan berdebu. Dengan demikian diketahui bahwa guru tidak pernah melakukan penilaian terhadap aspek psikomotorik siswa kelas VIII-C, sedangkan menurut Dahniar (http://jurnaljpi.wordpress.com) aspek psikomotorik menjadi penting untuk ditingkatkaan dalam pembelajaran fisika untuk melatih siswa menemukan dan mengembangkan pengetahuan dengan mempraktekkannya sendiri sehingga pikiran (kognitif) siswa dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan keterangan guru, siswa pasif selama mengikuti pembelajaran. Frekuensi bertanya siswa sangat kecil, jika ada yang bertanya pertanyaan yang diajukan siswa hanya terbatas pada rumus atau soal yang diberikan. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa terkesan malu-malu dan diam saja ketika ditanya. Berdasarkan keterangan dari siswa, selama ini nilai ulangan fisika tidak pernah dibagikan oleh guru.
Guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks tanpa memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa dibebankan tugas untuk mempelajari konsep tanpa mengetahui proses untuk menemukan konsep serta tanpa mengetahui manfaat materi yang mereka pelajari dalam kehidupan mereka.
MTs Al-Maarif 02 Singosari telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan kebijakan dari sekolah, mata pelajaran Biologi diajarkan pada semester I dan mata pelajaran fisika diajarkan pada semester II. Nilai ulangan biologi siswa kelas VIII-C menunjukkan nilai yang rendah. Siswa yang memperoleh nilai di atas 65 atau di atas Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yang ditetapkan oleh sekolah hanya 4,8% dari jumlah siswa seluruhnya. Sedangkan Mulyasa (2006: 254) menyatakan bahwa, keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII-C belum tuntas dalam menguasai materi. Menurut guru fisika MTs Al-Maarif 02 Singosari, berdasarkan pengalaman sebelumnya, nilai ulangan fisika siswa selalu lebih rendah dari pada nilai ulangan biologi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa permasalahan dihadapi oleh siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari terletak pada hasil belajar kognitif yang rendah. Hal ini dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru MTs Al-Maarif 02 Singosari menyadari bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar jika pelajaran dihubungkan dengan keseharian mereka. Oleh karena itu dicarikan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan pengalaman siswa. Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang dapat diterapkan dengan model inkuiri terbimbing.
Menurut Trianto (2007: 101) pembelajaran dan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara dan tenaga kerja.
Menurut kriteria Callahan (http://kpincenter.web.id) inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai untuk siswa yang baru pertama kali melakukan kegiatan karena pada kegiatan inkuiri ini siswa masih mendapatkan bimbingan yang intensif dari guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2008) dengan menggunakan strategi inkuiri pada siswa kelas XI SMA Negeri 01 Pandaan, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchisina (2006) dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri di SMA Negeri 01 Blitar, diperoleh data bahwa skor hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran kontekstual model inkuiri siswa akan memperoleh pengalaman baru dalam belajar dan menunjang kemampuan afektif dan psikomotorik siswa. Aspek psikomotorik menjadi penting untuk ditingkatkan dalam pembelajaran fisika, karena siswa tidak hanya belajar rumus-rumus atau menghafal fakta saja tetapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana guru memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu menjelajahi dan memahami gejala-gejala alam secara ilmiah (http://jurnaljpi.wordpress.com). Aspek afektif perlu untuk ditingkatkan agar siswa terlatih untuk bekerjasama, bertanya, dan berinteraksi dengan baik.
Melalui tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual model inkuiri terbimbing, siswa akan terlatih untuk merumuskan pertanyaan serta mengajukan hipotesis, selanjutnya guru akan membimbing siswa menguji hipotesis yang telah mereka kemukakan melalui kegiatan praktikum sehingga guru dapat memberi penilaian tentang aspek afektif dan psikomotorik siswa. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, hasil belajar siswa akan meningkat. Maka dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Tebimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan:
1. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
2. Hasil belajar psikomotorik siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
3. Hasil belajar afektif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing
2. Meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing
3. Meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku positif dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar tentang pembelajaran kontekstual model inkuiri.
2. Guru
Sebagai masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing.
3. Sekolah
Sebagai masukan dalam mencari model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan proses pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah lain yang memiliki masalah yang sama dalam menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
E. Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dengan tahapan-tahapan yaitu; (1) mengajukan pertanyaan dan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.
2. Hasil belajar fisika dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Aspek afektif dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) kemampuan bertanya atau menjawab, (2) keaktifan dalam percobaan, (3) kerjasama dalam kelompok, (4) partisipasi dalam diskusi kelompok, (5) kebersihan.
4. Aspek psikomotorik dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) menyusun alat, (2) menggunakan termometer, (3) menggunakan stopwatch, (4) ketepatan mengukur volume, (5) ketepatan memasukkan angka ke dalam tabel data
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran kontekstual model ikuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diawali dengan cerita dan tanya jawab tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi, siswa merumuskan permasalahan, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, sampai menarik kesimpulan dengan bimbingan yang intensif dari guru, serta menghubungkan kesimpulan dengan materi pelajaran dengan pengalaman siswa.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
3. Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini adalah nilai siswa berdasarkan tes yang diberikan pada akhir tindakan terdiri dari tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
4. Aspek afektif adalah perubahan sikap positif siswa (kemampuan bertanya atau menjawab, keaktifan dalam percobaan, kerjasama dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi kelompok, kebersihan) dalam pembelajaran.
5. Aspek psikomotorik adalah hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang dilakukan oleh siswa pada kemampuan; (1) menyusun alat, (2) menggunakan termometer, (3) menggunakan stopwatch, (4) ketepatan mengukur volume, (5) ketepatan memasukkan angka ke dalam tabel data.
6. Kemampuan bertanya atau menjawab dalam penelitian ini adalah frekuensi bertanya dan jawaban siswa selama mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.
7. Keaktifan dalam percobaan dalam penelitian ini adalah partisipasi siswa pada “tahap pengumpulan data”.
8. Kerjasama kelompok dalam penelitian ini adalah interaksi siswa dengan anggota satu kelompok dalam menyelesaikan permasalahan pada ”tahap pengumpulan data” dan ”tahap analisis data”.
9. Partisipasi dalam kelompok pada penelitian ini adalah keikutsertaan siswa dalam diskusi kelompok pada tahap pengumpulan data, analisis data dan tahap menarik kesimpulan.
10. Kebersihan dalam penelitian ini adalah kebersihan alat dan tempat pada saat siswa melakukan praktikum pada tahap pengumpulan data.
11. Menyusun alat dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menyusun alat sesuai dengan LKS praktikum.
12. Menggunakan termometer adalah kemampuan siswa dalam memegang dan membaca skala termometer dengan benar.
13. Menggunakan stopwatch dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk mengoperasikan stopwatch untuk mengukur waktu dengan tepat.
14. Ketepatan mengukur volume pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengukur volume air dengan cara yang tepat dan benar.
15. Ketepatan memasukkan data ke dalam tabel adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi data yang diperoleh sebagai suhu awal, suhu akhir, perubahan suhu dan waktu ke dalam tabel pada LKS praktikum.
Monday, August 11, 2008
PSIKOLOGI TENTANG RUMPUN PSIKOLOGI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan bermacam – macam model dan metoda pengajaran, di sekolah masih amat terbatas, sekalipun setiap model pengajaran yang telah di kenal oleh dunia pendidikan dewasa ini mempunyai dasar – dasar psikologi dan pengalaman terapan yang cukup kuat. Dalam pembahasan tentang model – model mengajar akan di bicarakan hakekat model mengajar , dampak instruksional dan dampak pengiring, serta prosedur dasar penggunaan setiap model, kemudian akan di perkerkenalkan rumpun besar keluarga model – mdel mengajar, yaitu rumpun model pemrosesan informasi dan rumpun besar model prilaku. Pembicaraan tentang model mengajar tidak akan sampai membicarakan bagaimana cara dan teknik – teknik mengajar secara detail dan operasional, karena materi yang terakhir ini adalah materi bidang model mengajar dalama kaitannya dalam bidang psikologi pendidikan adalah lebih banyak membicarakan pola, berbagai landasan teoritik dan asumsi serta langkah – langkah startegi pengajaran, tidaklah mungkin semua model di dalam model ini, oleh karena itu ada dua rumpun besar model yang tidak di bicarakan di sini. Yaitu besar model mengajar personal dan rumpun besar model mengajar sosial. Banyak sekali model – model mengajar yang tercakup pada setiap rumpun model mengajar, seluruhnya tidak kurang dari dua puluh model. Dan akan hanya membicarakan beberapa model mengajar saja yaitu
:
1.Model latihan inkuri
2.Model persentase kerangka dasar (advance organizer)
3.Model pengembangan berpikir
4.model belajar tuntas (Mastery Learning)
Perumusan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut; apa yang di sebut dengan model mengajar inkuri dan apa model presentasi kerangka dasar (advance organizer) dan bagaimana cara model mengembangkan berpikir dan masalah yang di bahas dalam karya tulis ini untuk lebih terarah dan tidak terlalu jauh maka penulis membatasi masalah hanya model pemprosesan informasi
Tujuan Penelitian
Karya tulis ini untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah Psikologi Pendidikan yaitu tentang belajar mengajar dengan tujuan agar para mahasiswa dapat memahami berbagai model dan metode mengajar di sekolah dasar dan menerapkannya secara tepat. Ataupun untuk menambah wawasan dan pengetahan tentang rumpun model pemprosesan informasi dari model dan metode mengajar
Metode – Metode Penulisan
5.Observasi menggunakan teknik ini karena ingin membuktikan secara langsung data – data yang penulis butuhkan sehingga dapat mengatahui permasalahannya
6.Book service, metode ini penulis gunakan karena penulis ingn membaca dan mempelajari buku – buku yang penulis dapatkan dari perpustakaan yang dijadikan penunjang dalam pembuatan karya tulis ini dan sebagai bahan perandingan teoritas dan praktis dalam pelaksanaan belajar mengajar melalui model pemrosesan informasi
BAB II
RUMPUN MODEL PEMROSESAN INFORMASI
A.Pengertian Dasar
Rumpun model pemprosesan informasi mencakup sejauh mana caranya mempertinggi kesadaran siswa atau murid terhadap dunia luarnya. Melalui kemampuan memproses informasi hal ini di lakukan dengan pengembangan berbagai dorongan dalam diri siswa untuk mengendalikan stimulasi dengan jalan mengumpulkan dan mengorganisasikan data menyadari dan memecahkan masalah, serta mengembangkan konsep dan kemampuan menggunakan lambing verbal dan non verbal jadi efisiensi model ini mendorong murid agar mampu mengolah dan menguasai informasi, dan dapat memperbaiki kesalahan dalam cara – cara menguasi informasi
Bermacam – macam model mengajar terdapat di dalam rumpun ini beberapa diantaranya lebih menkankan kepada mempersiapkan murid dengan informasi dan konsep, model ini menekankan pada pembentukan konsep dan pengujian hipetensis, ada lagi model yang lebih menekankan pada berfikir kreatif. Umumnya model – model pengajaran dalam rumpun ini amat berguna bagi pelajar yang ingin mencapai tujuan pendidikan personal dan sosial tiga dari sekian banyak model pengajarar yang termasuk rumpun ini adalah:
1.Model Mengajar Inkuri
2.Model Presentasi kerangka dasar atau advance organizer
3.Model mengambangkan berfikir
B.Model Mengajar Inkuri
Ide pokok model – model mengajar inkuri berasal dari pemikiran John Dewey. Di dalam bukunya How we thing 1933, Dewey memperkenalkan istilah berfikir reflektif yang dimaksud reflektif ialah usaha yang aktif, hati – hati dan pengujian secara tetap terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kenyataan, ide inilah yang kemudian di kembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan untuk maksud yang kira – kira sama yaitu pendidikan inkuri
1.Carte v. Good (1959), mendefiniskan inkuri sebagai pendekatan (problem Solving) atau pemecahan masalah dalam belajar. Setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berfikir
2.Bernice Gold Mark (1965) sebagai pola bereaksi dalam bentuk bertanya yang terarah untuk menguji suatu nilai meurut dia. Bertanya itu amat penting sebagai bentuk mereaksi dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.
3.Sedangkan definisi menurut Feton (1966)
Menekankan proses, Inkuri adalah proses yang memungknkan anak didik menafsirkan masa lampau, dan menemukan masalah-masalah personal dan sebagai isu lainnya di dalam masyarakat.
4.Inkuri dirumuskan sebagai proses belajar yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk aktif menguji dan menafsirkan problem secara ilmiah yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.
Hubungan lingkaran data teori ini adalah dinamis. Alat yang menggerakkan terjadi hubungan dinamis ini adalah berkat adanya proses inkuri itu sendiri.
Lingkaran proses itu ada dua (2) yaitu :
1.Gerakan dinamis dari teori kedata yang mencakup tahap proses penggunaan teori pengumpulan (generating)
2.Gerakan dinamis dari data ke teori, mencakup dua tahap, yaitu proses pengorganisasian data dan proses penggunaan data.
Proses penggunaan teori dapat terjadi berkat penggunaan alat berupa hipotesis, ramalan (prediksi), asumsi, interpolasi, dan lain-lain. Alat pengumpulan data berwujud dalam bentuk observasi, pengukuran, interview, eksperimen.
Alat yang digunakan dalam proses pengorganisasian data antara lain adalah menulis, mendengarkan, menggambar, menyususn grafik, membuat bagan dan lain-lain.
Sedangkan alat dalam penggunaan data adalah bentuk penjelasan, menyimpulkan, mengabstraksi, berteori dan lain sebagainya.
Tujuan umum penggunaan Inkuri adalah menolong anak didik mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan pendapatan jawaban atas dasar keingintahuan mereka. Oleh karena itu karakteristik umum kegiatan belajar mengajar dengan modal Inkuri adalah sebagai berikut :
1.Penentuan problem atau masalah
2.Perumusan hipertesi atau jaaban tentative
3.Pengumpulan dan pengolahan data
4.Merumuskan kesimpulan
Richard Suchman telah mengembangkan salah satu jenis model Inkuri yang di sebutnya latihan Inkuri atau Ingury Training dengan pola sebagai berikut :
1.Tahap-tahap Model (Syntax)
Latihan Inkuri mempunyai lima (5) tahap :
a.Berupa penyajian masalah kegiatan tahap pertama in terdiri dari penjelasan prosedur Inkuri dan mengemukakan masalah
b.Berupa pengumpulan dan vertivikasi data, dengan bentuk kegiatan membuktikan hakikat objek dan kondisi, serta menyelidiki peristiwa atau situasi masalah.
c.Mengadakan eksperimen dan pengempulan data, kegiatannya antara lain mengelompkkan dan memisahkan variable merumuskan hipotesis dan mengetes hubungan sebab akibat.
d.Merumuskan penjelasan, antara lain dalam bentuk kegiatan menyusun kaidah atau penjelasan.
e.Mengadakan analisi tentang proses Inkuri, antara lain kegiatan menganalisa strategi dan mengembangkan Inkuri secara lebih efektif.
2.Sistem Sosial
Sistem sosial yang amat penting unutk menunjang model Inkuri ini adalah perlu di tumbuhkan kerja sama (cooperative) yang baik antara dan murid serta antara murid sendiri, serta perlu ada kerapian dan ketetapan dalam bekerja.
3.Prinsif Mereaksi
Ketetapan reaksi guru yang amat diperlukan terletak dalam tahap 2 dan 3 karena murid masih amat perlu di dorong dan di arahkan dalam berinkuri.
Tugas guru dalam tahap 2 adalah membanu murid untuk mampu bertanya atau berinkuri, apabila guru ditanyai pertanaan yang tidak dapat dijawab hanya dengan ya atau tidak, sebaiknya guru meminta murid kembali memperbaiki pertanyaannya atau mengemukakan data yang berhubungan dengan problema atau masalah. Dalam fase terakhir peranan guru adalah menjaga agar inkuri langsung terarah pada proses pembuktian dan penemuan itu sendiri.
4.System Penunjang
Sistem penunjang pertama dalam model ini adalah perlunya penguasaan atau faktor-faktor yang mungkin bertentangan dengan model, seperti perlunya pengertian yang mendalam dari guru sendiri akan proses kebebasan intelektual dan strategi inkuri itu sendiri, serta menyediakan sumber material yang di perlukan bagi pemecahan masalah.
Dampak intruksional penerapan model latihan inkuri dapat berupa :
1.Tumbuhnya keterampilan menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah.
2.Menguasai strategi untuk menggunakan inkuri secara kreatif.
Sedangkan dampak pengiring yang mugkin muncul :
1.Tunbuhnya semangat kreativitas dalam diri murid
2.Tumbuhnya sikap kebebasan dan otonomi dalam belajar
3.Tumbuhnya sikap toleransi
4.Menyadari adanya sifat kesementaraan dari ilmu pengetahuan.
Gambar
Dampak intruksional dan dampak pengiring
L-1 : Latihan Inkuri
___________ : Efek Instruksional
————– - : Efek Pengiring
Contoh pelaksanaan model inkuri di kelas ………
C.Model Mengajar Advance Organizer
Model mengajar Advance Organizer adalah salah satu model dalam Rumpun pemprosesan informasi. David Ausubel (1963-196 8) adalah salah seorang pakar dalam psiklogi; pendidikan yang mengemukakan secara jitu pendidikannya tentang masalah belajar verbal yang dapat diperbaiki sehingga mengandumng “makna” atau meaningful teorinya menyangkut tiga hal :
1.Bagaimana ilmu itu diorganisasikan artinya bagaimana seharusnya isi kurikulum itu di tata
2.Bagaimana proses berpikir itu terjadi bila berhadapan dengan informasi baru.Artinya bagaimana proses berpikir ketika proses belajar terjadi
3.Bagaimana guru seharusnya mengajarkan informasikan baru itu sesuai dengan teori tentang isi kurikulum dan teori belajar.
Berdasarkan ketiga teori itu. Asubel mengajukan konsep yang disebt Advance Organizers, yaitu organisator tertinggi yang bersifat utuh dan komprehensif dari suatu materi yang ingin diajarkan. Advance Organizer berupa kerangka – kerangka dasar yang menjadi batang tubuh. Batang materi yang akan dipresentasikan. Yang isinya merupakan penjelasan, integrasi, dan interelasi konsep – konsep dasar dengan struktur dan organisasi dan umumnya dari materi yang akan di ajarkan. Tetapi dia bukan abstraksi atau kesimpulan bahan. Dia adalah kerangka utama yang di susun berdasarkan konsep – konsep dasar, proposisi, generalisasi prinsif – prinsif dan hukum – hukum yang ada di suatu disiplin ilmu. Kerangka ini menjadi pengantar tugas belajar murid tentu saja untuk menyusunnya di perlukan waktu, karena bahan ini harus di pelajari, dimengerti dan di kuasai terlebih dahulu
Model advance organizer ini di desain sebagai cara untuk memperkuat sturktur kongnitif pengetahuan murid. Juga untuk memeperkuat penyimpanannya dalam diri anak. Yang dimaksud struktur kongnitif adalah pengetahuan yang di miliki seseorang dalam bidang studi tertentu yang setiap saat tersimpan dan terorganisasi secara baik. Jelas dan selalu stabil dalam ingatan
Menurut Ausubel fungsi struktur kongnitif yang sudah ada pada diri seseorang, adalah menjadi factor utama yang amat menentukan apakah suatu materi atau informasi baru yang akan di terima mempunya makna atau tidak, dan sejauh mana materi ini dapat di pelajari dan di simpan. Tugas guru sebalum materi baru di presentasikan, adalah lebih dahulu membenahi dan mengingatkan stabilitas dan kejelasan pengetahuan lama yang telah ada pada anak didik
Belajar bermakna berbeda dengan belajar menghapal atau rote learning. Belajar dengan menghapal tidak membentuk berfikir yang konseptua, dan kritis, tidak terjadi transformasi pengetahuan baru ini sebaiknya dilakukan secara kreatif dan dalam bentuk situasi baru. Apakah suatu materi bermakna atau tergantung pada dua hal:
a.anak didik dan materi itu sendiri, dan bukan pada metode penyampaian
b.bila anak didik memulai dengan cara yang benar, dan materi secara fotensional mengandung makna, maka peristiwa belajar yang bermakna itu terjadi
c.meaningful learning atau belajar bermakna tercapai bila terjadi keterkaitan intelektual antara apa yang telah di pelajari dengan pengetahuan yang baru
Bagaimana suatu mata pelajaran itu di susun dan di organisasikan adalah sama dengan bagaimana cara manusia menyusun dan menata pengetahuannya di dalam pikiran, struktur konsep setiap disiplin ilmu dapat dikenal dan tentu saja dapat di ajarkan kepada murid, struktur ini membentuk suatu sistem proses infomasi dalam otak, yang kemudian berfungsi sebagai “peta intelektual” yang di gunakan untuk menganalisa dan memecahkan berbagai masalah. Struktur pengetahuan yang terdapat dalam pikiran manusia sama dengan struktur suatu disiplin ilmu. Di dalam pikiran manusia. Informasi itu disusun dan di tata sesuai urutan – urutan hierarkinya
D.Langkah – Langkah Model Advance Organizer
Pelaksanaan model ini melalui 3 fase yaitu:
1.Fase pertama, pengajian atau prentasi advance organizer itu sendiri ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu menjelaskan tujuan pelajaran, menyajikan secara amat singkat kerangka dasar (advance organizer), menjelaskan pengertian dan setiap atribut yang terdapat di dalamnya, dan merangsang kembali pengetahuan dan pengalaman murid yang sudah ada dan di sesuaikan dengan konteks yang di ajarkan dengan cara memberikan contoh
2.Fase Kedua, eksplorasi lebih lanjut mengenai kerangka yang telah di sampaikan menjadi tugas belajar atau materi pengajaran. Esensi materi yang di sajikan tidak cukup hanya di jelaskan oleh deinisi, tetapi guru menguraikan lebih lanjut. Di sini guru dan murid bersama – sama mengembangkan kerangka advance organizer itu menjadi materi yang secara logis dapat di mengerti oleh murid, terutama tentang keterkaitan unsur – unsur yang terdapat di dalamnya. Mungkin ini diperlukan pengulangan – pengulangan sehingga materi itu menjadi kenal dan asing bagi anak
3.Fase ketiga, bertujuan memeperkuat struktur kongnitif anak, fase ketiga ini berbeda dengan fase kedua, disini lebih di tekankan pada keaktifan murid, harus banyak mengambil inisiatif bertanya dan mengajukan komentar, murid dan guru banyak bertukar pikiran dalam fase ini. Muri juga diharapkan dapat menggunakan prinsif – prinsif integrative untuk menjawab dan menghubungkan materi yang sudah di pelajari dengan materi yang baru, murid harus dapat berperan sebagai penangkap yang aktif dan berfikir kritis
Sistem Sosial Advance Organizer
Kemampuan guru mengolah interaksi guru dan murid amat menentukan antara lain dapat mengembangkan dari peran guru yang aktif (fase pertama) menjadi peran guru yang aktif (fase ketiga) keterkatan yang jelas harus terjadi antara materi yang di pelajari dengan kerangka (organizer) yang di berikan serta interaksi itu dapat membantu muridlebih banyak mengambil inisiatif mengajukan pertanyaan dan memberikan komentar. Perlu di bangkitkan motivasi murid untuk mau mengintegrasikan apa yang baru di terima dengan paa yang sudah di ketahui sebelumnya
Prinsip – Prinsip Mereaksi Dalam Advance Organizer
Reaksi guru dengan reaksi murid banyak di tentukan oleh jelas tidaknya keberartian dan kebermaknaan materi baru yang di ajarkan itu, apa bedanya dengan apa yang sudah diajarkan itu, apa bedanya dengan apa yang sudah di ketahui relevansinya dengan kebutukan pribadi murid, dan di tentukan oleh perkembangan berfikir kritisnya.
Sistem Penunjang Lainya
Kunci utama keberhasilan model advance organizer ini terletak pada adanya perorganisasian yang baik dalam materi yang di ajarkan. Materi yang terorganisasikan dengan baik itu antara lain ditandai oleh adanya hubungan yang terintegrasi dan tepat antara kerangka utama (organizer) dengan isi materi yang diajarkan. Model ini memerlukan pedoman cara membentuk bangunan suatu materi pengajaran
Dampak Intruksional Dan Dampak Pengiring Advance Organizer
Ada dua dampak intruksional yang dapat di harapkan dari model ini, yaitu terbentuknya struktur konseptual dan terbentuknya hubungan yang bermakna (meaningfull) antara informasi dan ide
Sedangkan dampak pengiring adalah tumbuhnya minat berinkuri dan siap untuk berfkir kritis dan tepat.
AD : Advance Organizer
__________ : Dampak Intruksional
—————- : Dampak Pengiring
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rumpun model pemprosesan informasi di tandai oleh tujuan yang ingin meningkatkan kemampuan murid dalam mengelola dan menguasai informasi yang di berikan (termasuk yang ada di lingkungannya. Kemampuan ini amat di perlukan baik untuk pribadi murid, maupun untuk kepentingan social. Modal inkuri sebagai salah satu anggota rumpun pemprosesan informasi terfokus pada proses “bertanya” dengan pola data – teori atau teori – data, murid I harapkan amat aktif. Asumsi dasarnya adalah bahwa anak memiliki kebebasan dalam menguasai informasi, tahap – tahap model inkuri di dasarkan atas urusan proses berfikir ilmiah: perumusan masalah – perumusan jawaban duga (hipotesis) – mengumpulkan dan mengolah data – memberikan kesimpulan. Anggota rumpun informasi lainya adalah model mengajar advance organizer yang merupakan model memperbaiki dan mengembangkan model yang sehari – hari sering di gunakan oleh guru, yaitu model mengajar “ceramah” atau “presentasi” atau model mengajar “ekspositori”. Model advance organizer memperbaiki kelemahan model presentasi dengan jalan pelajaran terhadap murid di mulai dari penyajian sebuah “batang tubuh” materi yang telah di rangkai secara kokoh sebelumnya oleh guru, baru kemudian diberikan rincian penjelasannya. Sifatnya dedukatif dengan tujuan membentuk dan memperkokoh struktur pengetahuan kongnitf anak didik. Model ini bukan model pelajaran menghafal, tetapi model yang menekankan pada belajaran yang mengandung makna, atau meaningful learning
http://xipemai.wordpress.com/2008/06/
Friday, July 18, 2008
PENDEKATAN INQUIRI DALAM MENGAJAR
Pendekatan Inkuiri dan Pendekatan Penemuan dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kedua model pembelajaran yaitu pendekatan inkuiri dan pendekatan penemuan berorientasi pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih pembelajar memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu pengetahuan secara ilmiah. Dengan pendekatan inkuiri, pembelajaran dimaksudkan untuk membanru pembelajar secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.
Menurut Sund pembelajar dengan penemuan akan membantu pembelajar menggunakan proses mental dengan mengamati, membuat penggolongan, membuat dugaan, mengukur, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Konsep misalnya. konsep dingin, segiempat, masyarakat, kata, frase dan kalimat. Prinsip misalnya. logam kalau dipanasi mengembang, semua kalimat pasif berawalan di.
Pembelajaran dengan penemuan dapat dilakukan dengan melibatkan pembelajar dalam proses kegiatan belajar yang menggunakan proses mental melalui tukar pendapat atau diskusi, seminar dsb. Pembelajaran dengan inkuiri mempunyai proses mental yang lebih kompleks; sebagai contoh, merancang eksperimen, menganalis data, menarik kesimpulan dsb. Dalam pelaksanaan inkuiri dibutuhkan sikap-sikap objektif, jujur, terbuka, penuh dorongan ingin tahu dan tangguh dalam pendirian.
Menarik kesimpulan di atas, bahwa pendekatan penemuan dalam kegiatan belajar mengajar mengutamakan kegiatan pembelajar dengan menggunakan proses mental. Tujuan berikutnya ialah pembelajar akan menemukan konsep dan prinsip. Konsep dan prinsip itu ditentukan sebagai hasil atau akibat adanya pengalaman belajar yang telah diatur secara seksama oleh pengajar.
Contoh : Praktik penyelidikan di laboratorium atau tugas observasi pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam membahas salah satu karya sastra. Hasilnya dapat diramalkan sebelumnya sesuai dengan “pengaturan” pengajar.
Sebaliknya pendekatan inkuiri yang digunakan dalam kegiatan belajajar mengajar, struktur pcristivva belajar bersifat tcrbuka. Kemungkinan lain pembelajar “dilepas” aiau diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai menemukan hasil belajar melalui proses-proses,
a. Asimilasi yaitu memasuldcan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang telah ada pada pembelajar.
b. Akomodasi yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian alam struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru yang diamati.
Menurut J. Richard Suchman, tentang hakikat proses inkuiri model teori inkuiri dan komponen-komponen penting untuk inkuiri yang efektif, menjelaskan bahwa proses inkuiri terutama ditujukan kepada kreativitas. Suchman tertarik pada kata “pengertian” dan bagaimana pengertian itu terbentuk pada diri pembelajar. Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus (rangsang) pada persepsinya.
Selanjutnya, J.R. Suchman berpendapat bahwa setiap individu mempunyai organisator tertentu yang dapat ditarik untuk membawakan beberapa pengertian terhadap sesuatu objek baru. Oleh Sucliman dijumpai empat identifikasi organisator yaitu,
1. Persepsi yang berisi jumpaan-jumpaan sebelumnya
2. Sistem yang mengatur secara kesatuan fungsi
3. Data yang berisi keterangan dan informasi
4. Kesimpulan hasil analisis data
Setiap orgamsator dapat disimpan untuk penggunaan waktu yang akan datang.
Organisator ini saling berkaitan erat sekali, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu berbeda atau bertentangan. Pengajar hendaknya mendorong jenis inkuiri pada pembelajar bahkan memberi saran kepada pengajar bahwa ia harus,
a. Menciptakan kebebasan untuk memiiiki dan mengekspresikan ide-ide atau gagasan dan
mengetesnya dengan data.
b. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga setiap ide didengar dan dapat
dimengerti, dipahami oleh setiap pembelajar dapat memperoleh data yang dibutuhkan.
c. Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.
Tujuan Proses Inkuiri yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar hendaknya dapat mengembangkan proses inkuiri dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi guru ialah “memandang” pembelajar sebagai individu yang memiiiki potendi yang perlu dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar bertujuan mengembangkan bakat-bakat dan membantu pengajar mengembangkan konsep dirinya
Proses belajar ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas yakni,
1. Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarkan dan mengha’fal.
2. Bertinda. artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
3. Mencari. artinya tidak semata-mata mendapatkan.
4. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
5. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan
7. Beipikir artinya tidak semata-mata melamun atau membayangknn.
8. Menghasilkan atau memprodusir. artinya tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembaii.
11. Menerapkan. artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.
12. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan,
13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima
14. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
15. Mengevaiuasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.
Beberapa kondisi yang diperlukan untuk proses belajar inkuiri
a. Kondisi yang fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.
b. Kondisi lingkungan yang responsif.
c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
d. Kondisi yang bebas dan tekanan.
Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri secara mantap yang dibutuhkan pengajar yang mampu berperan, karena aktivitas banyak terjadi pada din pembelajar.
Peranan Pengajar dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Inkuiri adalah,
1. Pengajar mampu menstimulasi (memberi rangsangan dan menentang pembelajar untuk berpikir).
2. Pengajar mampu memberi dukungan untuk inkuiri.
3. Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan dan keluwesan serta keberrsamaan
untuk berpendapat, berinisiatif atau berprakarsa) dan bertindak.
4. Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesuhtan pembelajar dan membantu mengatasi-
nya.
5. Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu mengajar dengan sebaik-baiknya.
Akan tetapi dalm proses belajar mcngajar hal-hal yang perlu mendapat rangsangan (stimulus) adalah,
a. Adanya hak dan otonomi pembelajar.
b. Kebebasan dan dukungan terhadap pembelajar.
c. Sikap keterbukaan.
d. Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
e. Adanya konsep dirinya (self-concept).
f. Pengalaman inkuiri, menunjukkan terlibat dalam masalah-masalah.
.
Segi Keuntungan Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Penemuan dan
Pendekatan Inkuiri
1. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
2. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka
terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil
kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.
3. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana
ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
4. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, Lebih banyak kebebasan dalam proses
belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan,
kemampuan dan bakat-bakatnya.
6. Dapat memberi waktu kepada pembelajar unuk mengashnilasi dan mengakomodasi informasi. Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi melalui proses mental.
6. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat
Jerome Bruner, melihat beberapa segi keuntungan dari pendekatan penetnuan.
a. Pembelajar akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik.
b. Membantu pembelaj.ar menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru. Mendorong pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
d. Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan hipotesis serta
membuktikannya melalui proses belajar. ,
.
e. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g. pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan belajar.
Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri.
1. Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang kuat.
Pembelajar harus mampu menghilangkan hambatan.
2. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar,
kemungkinan besar tidak berhasil.
3. Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang
pengajar, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar
mandiri. Dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan pembelajar sendiri.
4. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi
kesan terlalu idealis.
Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya
merupakan suatu pemborosan belaka
hafalan.
http://massofa.wordpress.com/2008/06/27/pendekatan-inquiri-dalam-mengajar/
Friday, July 4, 2008
Penerapan Pembelajaran Fisika dengan Model Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah Siswa Kelas X-4 SMAN 5 Malang”.
Model latihan inkuiri
|
Proses ilmiah
|
Strategi untuk inkuiri kreatif
|
Spirit kreativitas
|
Kebebasan otonomi dalam belajar
|
Toleransi ambiguitas
|
Hakikat tentatif pengetahuan
|
PLAN
|
REVISED PLAN
|
Reflekct
|
Observe
|
Act
|
|
Reflektif
|
Observe
|
Act
|
No Persentase keberhasilan (%) Taraf Keberhasilan
|
1. 92 – 100 sangat baik
2. 75 – 91 baik
3. 50 – 74 cukup baik
4. 25 – 49 kurang baik
5. 0 – 24 sangat kurang
|