Tuesday, September 2, 2008
Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung (Connected Model) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-C MTs Negeri 2 Malang.
“Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Tebimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari”
Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Malang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri atas fakta, konsep, dan teori yang dihafalkan, tetapi menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan (Buts. J Hall, dalam Sutardjo 1998). Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran fisika, siswa tidak hanya menghafal namun harus memperoleh pembelajaran secara aktif melalui berbagai kegiatan sains. Tetapi tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran fisika sesuai dengan hakekatnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MTs Al-Maarif 02 Singosari melalui wawancara dengan guru fisika kelas VIII diketahui bahwa, pembelajaran fisika di MTs Al-Maarif 02 Singosari dilakukan dengan metode ceramah secara terus menerus dengan kata lain kegiatan pembelajaran berpusat pada guru bukan siswa. Salah satu metode yang pernah diterapkan oleh guru fisika MTs Al-Maarif 02 Singosari adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kelompok yaitu memberikan soal yang berbeda pada masing-masing siswa dalam satu kelompok, namun kegiatan ini belum mengaktifkan siswa seluruhnya. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang masih bergantung atau berpusat pada teman dan kurang aktif dalam berpikir.
Salah satu kendala terbesar dalam pelaksanaan kegiatan praktikum adalah ruang laboratorium di MTs Al-Maarif 02 Singosari tidak difungsikan untuk praktikum. Ruang tempat penyimpanan alat di MTs Al-Maarif 02 Singosari berukuran 4 x 3 meter persegi, alat-alat praktikum tidak tersusun rapi dan berdebu. Dengan demikian diketahui bahwa guru tidak pernah melakukan penilaian terhadap aspek psikomotorik siswa kelas VIII-C, sedangkan menurut Dahniar (http://jurnaljpi.wordpress.com) aspek psikomotorik menjadi penting untuk ditingkatkaan dalam pembelajaran fisika untuk melatih siswa menemukan dan mengembangkan pengetahuan dengan mempraktekkannya sendiri sehingga pikiran (kognitif) siswa dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan keterangan guru, siswa pasif selama mengikuti pembelajaran. Frekuensi bertanya siswa sangat kecil, jika ada yang bertanya pertanyaan yang diajukan siswa hanya terbatas pada rumus atau soal yang diberikan. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa terkesan malu-malu dan diam saja ketika ditanya. Berdasarkan keterangan dari siswa, selama ini nilai ulangan fisika tidak pernah dibagikan oleh guru.
Guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks tanpa memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa dibebankan tugas untuk mempelajari konsep tanpa mengetahui proses untuk menemukan konsep serta tanpa mengetahui manfaat materi yang mereka pelajari dalam kehidupan mereka.
MTs Al-Maarif 02 Singosari telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan kebijakan dari sekolah, mata pelajaran Biologi diajarkan pada semester I dan mata pelajaran fisika diajarkan pada semester II. Nilai ulangan biologi siswa kelas VIII-C menunjukkan nilai yang rendah. Siswa yang memperoleh nilai di atas 65 atau di atas Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yang ditetapkan oleh sekolah hanya 4,8% dari jumlah siswa seluruhnya. Sedangkan Mulyasa (2006: 254) menyatakan bahwa, keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII-C belum tuntas dalam menguasai materi. Menurut guru fisika MTs Al-Maarif 02 Singosari, berdasarkan pengalaman sebelumnya, nilai ulangan fisika siswa selalu lebih rendah dari pada nilai ulangan biologi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa permasalahan dihadapi oleh siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari terletak pada hasil belajar kognitif yang rendah. Hal ini dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru MTs Al-Maarif 02 Singosari menyadari bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar jika pelajaran dihubungkan dengan keseharian mereka. Oleh karena itu dicarikan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan pengalaman siswa. Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang dapat diterapkan dengan model inkuiri terbimbing.
Menurut Trianto (2007: 101) pembelajaran dan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara dan tenaga kerja.
Menurut kriteria Callahan (http://kpincenter.web.id) inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri terbimbing sesuai untuk siswa yang baru pertama kali melakukan kegiatan karena pada kegiatan inkuiri ini siswa masih mendapatkan bimbingan yang intensif dari guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2008) dengan menggunakan strategi inkuiri pada siswa kelas XI SMA Negeri 01 Pandaan, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchisina (2006) dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri di SMA Negeri 01 Blitar, diperoleh data bahwa skor hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran kontekstual model inkuiri siswa akan memperoleh pengalaman baru dalam belajar dan menunjang kemampuan afektif dan psikomotorik siswa. Aspek psikomotorik menjadi penting untuk ditingkatkan dalam pembelajaran fisika, karena siswa tidak hanya belajar rumus-rumus atau menghafal fakta saja tetapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana guru memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu menjelajahi dan memahami gejala-gejala alam secara ilmiah (http://jurnaljpi.wordpress.com). Aspek afektif perlu untuk ditingkatkan agar siswa terlatih untuk bekerjasama, bertanya, dan berinteraksi dengan baik.
Melalui tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual model inkuiri terbimbing, siswa akan terlatih untuk merumuskan pertanyaan serta mengajukan hipotesis, selanjutnya guru akan membimbing siswa menguji hipotesis yang telah mereka kemukakan melalui kegiatan praktikum sehingga guru dapat memberi penilaian tentang aspek afektif dan psikomotorik siswa. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, hasil belajar siswa akan meningkat. Maka dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Tebimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan:
1. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
2. Hasil belajar psikomotorik siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
3. Hasil belajar afektif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing
2. Meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing
3. Meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas VIII-C MTs Al-Maarif 02 Singosari dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku positif dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar tentang pembelajaran kontekstual model inkuiri.
2. Guru
Sebagai masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing.
3. Sekolah
Sebagai masukan dalam mencari model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan proses pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah lain yang memiliki masalah yang sama dalam menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
E. Ruang lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan pembelajaran kontekstual model inkuiri terbimbing dengan tahapan-tahapan yaitu; (1) mengajukan pertanyaan dan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.
2. Hasil belajar fisika dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Aspek afektif dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) kemampuan bertanya atau menjawab, (2) keaktifan dalam percobaan, (3) kerjasama dalam kelompok, (4) partisipasi dalam diskusi kelompok, (5) kebersihan.
4. Aspek psikomotorik dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) menyusun alat, (2) menggunakan termometer, (3) menggunakan stopwatch, (4) ketepatan mengukur volume, (5) ketepatan memasukkan angka ke dalam tabel data
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran kontekstual model ikuiri terbimbing dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diawali dengan cerita dan tanya jawab tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi, siswa merumuskan permasalahan, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, sampai menarik kesimpulan dengan bimbingan yang intensif dari guru, serta menghubungkan kesimpulan dengan materi pelajaran dengan pengalaman siswa.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
3. Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini adalah nilai siswa berdasarkan tes yang diberikan pada akhir tindakan terdiri dari tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
4. Aspek afektif adalah perubahan sikap positif siswa (kemampuan bertanya atau menjawab, keaktifan dalam percobaan, kerjasama dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi kelompok, kebersihan) dalam pembelajaran.
5. Aspek psikomotorik adalah hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang dilakukan oleh siswa pada kemampuan; (1) menyusun alat, (2) menggunakan termometer, (3) menggunakan stopwatch, (4) ketepatan mengukur volume, (5) ketepatan memasukkan angka ke dalam tabel data.
6. Kemampuan bertanya atau menjawab dalam penelitian ini adalah frekuensi bertanya dan jawaban siswa selama mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.
7. Keaktifan dalam percobaan dalam penelitian ini adalah partisipasi siswa pada “tahap pengumpulan data”.
8. Kerjasama kelompok dalam penelitian ini adalah interaksi siswa dengan anggota satu kelompok dalam menyelesaikan permasalahan pada ”tahap pengumpulan data” dan ”tahap analisis data”.
9. Partisipasi dalam kelompok pada penelitian ini adalah keikutsertaan siswa dalam diskusi kelompok pada tahap pengumpulan data, analisis data dan tahap menarik kesimpulan.
10. Kebersihan dalam penelitian ini adalah kebersihan alat dan tempat pada saat siswa melakukan praktikum pada tahap pengumpulan data.
11. Menyusun alat dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menyusun alat sesuai dengan LKS praktikum.
12. Menggunakan termometer adalah kemampuan siswa dalam memegang dan membaca skala termometer dengan benar.
13. Menggunakan stopwatch dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk mengoperasikan stopwatch untuk mengukur waktu dengan tepat.
14. Ketepatan mengukur volume pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengukur volume air dengan cara yang tepat dan benar.
15. Ketepatan memasukkan data ke dalam tabel adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi data yang diperoleh sebagai suhu awal, suhu akhir, perubahan suhu dan waktu ke dalam tabel pada LKS praktikum.