Trianto (2007:135) memandang inkuiri sebagai suatu
proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Menurut Gulo (Trianto, 2007:137) inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional
dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.
Nurhadi (2004:133) memandang inkuiri sebagai suatu
seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah,
membuat keputusan dan memperoleh keterampilan. Inkuiri melibatkan komunikasi
karena siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan
berhubungan, selain itu, siswa harus melaporkan hasil temuannya secara lisan
maupun tertulis. Menurut Arifin (2005:131), bertanya merupakan indikasi
seseorang berpikir sehingga, berpikir dapat dilatihkan kepada siswa dengan
mengembangkan keterampilan bertanya selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang
nyata dan aktif melalui berbagai kegiatan yang menunjang keterlibatan siswa
dalam berpikir dan berbuat dalam proses sains.
Schmidt menyatakan bahwa, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
dan atau eksperimen untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (http//kpicenter.
web.id). Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip
untuk diri mereka sendiri.
Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa
untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga
mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara
mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka selalu
menganalisa dan menangani informasi. Pengajaran berbasis inkuiri membutuhksn
strategi pembelajaran sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna.
Tahapan pembelajaran kontekstual model inkuiri yang
diadaptasi dari Gulo (dalam Trianto, 2007;138) dengan tahapan sebagai berikut.
1.
Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan
Pada tahap ini, guru melakukan demonstrasi di
depan kelas mengenai peristiwa-peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan demonstrasi ini bertujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa
untuk melakukan penyelidikan. Guru kemudian meminta siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang dijawab ’ya atau tidak’ oleh guru. Untuk meyakinkan bahwa
pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian
guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan Hipotesis
Setelah masalah berhasil distrukturkan oleh siswa,
siswa diharapkan dapat mengajukan hipotesis/dugaan sementara untuk menjelaskan
ide ataupun gagasan mereka. Pada tahap ini guru hanya menampung semua hipotesis
yang diajukan siswa dan guru tidak membenarkan atau menyalahkan. Dari semua
gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan.
3. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini siswa melaksanakan eksperimen untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskannya. Hipotesis digunakan untuk menuntun
proses pengumpulan data. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan mereka
menetapkan cara melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesisnya, sedangkan
guru hanya menyediakan sarana seperti LKS, set alat percobaan dan sebagainya
yang akan diperlukan siswa dalam eksperimen. Setelah itu siswa mengumpulkan
data yang diperlukannya. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau
grafik.
4. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang
telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting
dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah. Setelah memperoleh kesimpulan
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila
ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah
membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Hasil
kesimpulan masing-masing kelompok kemudian dibahas dalam diskusi kelas. Setelah
siswa memahami konsep yang dipelajarinya, dilakukan pemantapan melalui pengajuan
masalah-masalah baru yang berhubungan dengan konsep yang baru diperolehnya.
Pada tahap ini, guru juga membimbing dan meluruskan ide maupun konsep agar
dapat dipahami dengan jelas.
Menurut Amien (1987), inkuiri sebagai
strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan seperti:
1.
Mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri
2.
Menciptakan
suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada
siswa
3.
membantu
siswa mengembangkan konsep diri yang positif
4.
menghindari
siswa dari cara belajar menghafal
KajianPustaka
Amien, Mohammad. 1987. Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode
”Discovery” dan ”Inquiry”. Bagian I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta.
Callahan. 1992. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Kegiatan Laboratorium. (online). (http://kpicenter.web.id,
diakses 26 Mei 2008).
Arifin, Mulyati, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Universitas Negeri Malang: Malang.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas
Negeri Malang: Malang.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktik. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka: Jakarta.
No comments:
Post a Comment