TEMPAT BERBAGI HAL-HAL YANG BERMANFAAT

Monday, March 17, 2008

PENERAPAN PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEBERANIAN BERTANYA SISWA

Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Bertanya Oleh Shrie Laksmi - SMPN 19 Bandung  
Monday, 10 September 2007 

Penelitian ini bertujuan untuk mengubah interaksi antara guru dengan siswa

dengan siswa dan siswa dengan guru, dalam upaya menumbuhkan kebera-

nian siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan, 

keaktifan siswa dalam belajar, hasil belajar dan kendala yang dihadapi oleh 

guru pada saat berlangsung proses pembelajaran.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan

model latihan inkuiri yang dilaksanakan selama dua siklus dan setiap siklus 

terdiri dari dua tindakan.
Dalam setiap tindakan terdiri dari lima fase yaitu menyajikan masalah, pengum-

pulan data, eksperimentasi, perumusan penjelasan dan analisis inkuiri. Lokasi

penelitian dilakukan di SMPN 19 Negeri Bandung, subyek penelitian guru fisika 

kelas III dan siswa kelas III yang berjumlah 44 orang yang melibatkan seorang 

guru fisika dari sekolah tersebut yang bertugas sebagai pengamat. Hasil peneli-

tian menunjukkan telah tumbuh keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan

dan mengemukakan gagasan selama dua siklus dengan hasil pada siklus ke-1 

42% dan pada siklus ke-2 meningkat menjadi 55%. Kendala utama yang diha-

dapi guru adalah siswa masih menemui kesulitan untuk menemukan sendiri kon-

sep yang sedang dibelajarkan sehingga peran guru yang seharusnya hanya seba-

gai fasilitator belum tercapai sepenuhnya karena masih harus membantu siswa 

dalam proses penemuan konsep. 


PENDAHULUAN
Selama lebih kurang lima tahun sejak tahun 1957, Suchman (Rowe, 1978: 326) 

sudah mempelajari sikap inkuiri pada siswa sekolah dasar dan menyatakan 

bahwa siswa tidak terbiasa mendapat latihan mengajukan pertanyaan, jika 

mengajukan pertanyaan biasanya cenderung kurang berindikasi untuk menyeli-

diki. Selama ini pertanyaan siswa tidak saling berkaitan dan siswa sangat jarang 

dapat mengemukakan gagasannya (Rowe, 1978: 327). Padahal menurut Dahar 

(1978: 95), dalam proses belajar mengajar pada umumnya pertanyaan mempu-

nyai peranan yang sangat penting. Menurut Rustaman (2002: 7) pertanyaan dalam

pembelajaran IPA akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sesuai 

dengan pendapat Mulyasa (2002:240), bahwa tanya jawab yang berlangsung 

selama pembelajaran didorong oleh inkuiri (ingin tahu) para siswa. Di lain pihak 

menurut Rustaman (2002:7) bahwa sekalipun guruguru mengakui bahwa mendo-

rong siswa untuk bertanya merupakan sesuatu yang berharga bagi proses belajar

siswa, tetapi banyak guru yang berpendapat bahwa hal itu hanya akan menimbul-

kan masalah bagi guru sehingga budaya bertanya jarang diciptakan dan dikem-

bangkan di kelas.
Model latihan inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan oleh

J.Richard Suchman sejak tahun 1962 (Joyce et al, 1992: 200). Penerapan model 

latihan inkuiri ini bertujuan untuk menumbuhkan keberanian siswa mengajukan 

pertanyaan dan mengemukakan gagasan kepada orang lain. Untuk menumbuh-

kan sikap berani tentunya akan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya 

adalah pengalaman hidupnya, pengetahuan serta kesannya terhadap obyek sikap 

seperti yang dikemukakan oleh Bolla (Siswoyo, 2000) bahwa latar belakang 

budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan padahal 

pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan gaga-

sannya. Gagasan-gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar 

mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar 

kreatif. Hal ini tentunya kembali kepada seberapa besar kreativitas guru untuk 

dapat menggabungkan kepentingan target kurikulum dan sekaligus mengem-

bangkan sikap dan kreativtas siswa sehingga berani bertanya dan mengemu-

kakan gagasannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suchman (Rowe,1978:363)

bahwa pembelajaran siswa terletak pada asumsi bahwa belajar akan berlanjut

pada tingkat yang lebih tinggi dan suatu kompleksitas jika siswa selalu bertanya.

Penerapan model latihan inkuiri ini memungkinkan siswa untuk memikirkan 

sebanyak mungkin pertanyaan dan tentunya akan menunjang rasa ingin tahu 

siswa. Dalam �Inquiry Techniques for Teaching Science�, yang ditulis oleh 

William D. Romey (1968: 257) memaparkan bahwa menurut Arthur Costa ada 

tiga teori metode inkuiri yang masing-masing didefinisikan oleh J. Richard 

Suchman, Ben Strasser dan Alphoretta Fish. Dari ketiga teori tersebut, dipilih 

model latihan inkuiri yang dikembangkan oleh J.Richard Suchman. Menurut 

Richard Suchman, inkuiri dirancang agar siswa dapat langsung mengontrol 

sendiri pembelajarannya. Guru hanya menyediakan kondisi yang seperti 

biasanya, mengatur prosesnya, mengatur kegiatan belajar mengajar dan 

membantu siswa dalam mengevaluasi kemajuannya. Jadi guru hanya sebagai 

fasilitator dan siswa bertindak sebagai �programer�.
Latihan Inkuiri dikembangkan oleh J.Richard Suchman untuk membelajarkan 

siswa tentang suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan fenomena 

yang tidak biasa. (Joyce et al, 1992: 199). Model ini dirancang untuk melatih 

siswa dalam suatu penelitian ilmiah sehingga diharapkan dapat menumbuhkan 

dan mengembangkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, menumbuh kembangkan 

kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, kemampuan meneliti, kemam-

puan berargumentasi dan kemampuan mengembangkan teori. Prinsip penting 

pada model latihan inkuiri (Joyce et al: 1992) adalah memastikan agar perta-

nyaan yang diajukan oleh siswa dapat dijawab dengan ya atau tidak oleh guru 

dan sama sekali tidak meminta guru untuk melakukan penyelidikan. Menurut 

Suchman (Rowe, 1978:363) tujuan mengharuskan siswa mengajukan pertanya-

an yang hanya akan dijawab oleh guru dengan ya atau tidak adalah untuk mem

belajarkan siswa tentang bagaimana cara (1) mengajukan pertanyaan yang 

terarah dan tidak kabur, (2) menyusun informasi untuk mendukung kesimpulan 

(sementara), (3) menganalisis suatu situasi dalam menyelesaikan hubungan 

antar variabel. 

METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan 

kelas. Subjek penelitian adalah 44 orang siswa kelas IIID SMP Negeri 19 Bandung. 

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 

kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadaptasi 

dari Hopkins (1993: 48). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu 

perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi dan refleksi. Selanjutnya empat 

kegiatan itu berlangsung terus namun ada modifikasi pada tahap perencanaan 

yaitu perbaikan perencanaan.
Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara tes tertulis, lembar 

kerja siswa, lembar observasi, angket dan tape recorder. Indikator keberhasilan 

yang sesuai dengan tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas ini ditentukan 

berdasarkan persentase dan kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal.
HASIL
Hasil penelitian menunjukan bahwa keberanian bertanya dan mengemukakan 

gagasan dari siklus 1 sampai 2 meningkat sebesar 13 %. Secara keseluruhan 

pada siklus kedua ini keberanian bertanya siswa rata-rata adalah 55 %, dengan 

perincian 23 % siswa perempuan dan siswa laki-laki sebesar 32 %. Secara 

keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2 penelitian tindakan kelas pada konsep 

rangkaian listrrik ini telah berhasil menumbuhkan keberanian mengajukan 

pertanyaan dan mengemukakan gagasan dari 42 % menjadi 55 %. Aktivitas 

siswa pada pembelajaran konsep rangkaian listrik melalui kegiatan yang sudah 

dirancang oleh guru pada setiap fase-fase dalam model latihan inkuiri mengalami 

peningkatan dari siklus pertama 71.50 % naik menjadi 87.50 %. Jadi selama 

dua siklus rata-rata aktivitas siswa adalah 80 % dan ini sudah termasuk dalam 

kategori aktivitas sangat tinggi.
Ketuntasan hasil belajar menunjukan bahwa pada pembelajaran konsep kuat 

arus dalam siklus pertama belum tuntas, baik secara perorangan maupun 

secara klasikal. Ketuntasan perorangan hanya mencapai 27 % sedangakan 

ketuntasan secara klasikal baru mencapai 35 %. Kemudian pada pembelajaran 

konsep beda potensial di siklus kedua terjadi perubahan sebab ketuntasan 

belajar perorangan 43 % dan ketuntasan secara klasikalnya 61 %. Berarti 

selama diterapkannya model latihan inkuiri selama dua siklus belum mencapai 

ketuntasan belajar baik secara perorangan maupun secara klasikal, sebab 

belum mencapai penguasaan materi diatas 65 % (standar Depdiknas). Dari 

analisis jawaban tes siswa selama dua siklus menunjukan bahwa ketuntasan 

belajar secara perorangan maupun secara klasikal tidak dapat dicapai oleh 

siswa karena mereka tidak terbiasa menjawab soal tes pilihan ganda yang 

harus disertai alasannya. Hal ini terlihat banyak siswa yang pilihan gandanya 

benar namun alasannya salah.
Berdasarkan angket respon siswa yang disebarkan kepada siswa setelah 

selesai pelaksanaan pembelajaran siklus 2, dapat dinyatakan bahwa pada 

umumnya siswa bersikap positif terhadap model latihan inkuiri. Kendala yang 

dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran konsep rangkaian 

listrik adalah siswa sangat sulit untuk di motivasi agar menemukan sendiri 

konsep yang sedang dibelajarkan, karena para siswa tidak pernah mencoba 

mengaitkan antara pertanyaan dan gagasan mereka sendiri dengan pertanyaan 

dan gagasan siswa lain, mengalokasikan waktu untuk tiap fase pada rencana 

pembelajaran dengan model latihan inkuiri kurang tepat, kerusakan alat-alat 

praktikum fisika pada saat siswa sedang melaksanakan eksperimen berpe

ngaruh pada alokasi waktu yang telah disediakan untuk fase-fase yang lain.
KESIMPULAN
Guru telah mampu mengupayakan penumbuhan keberanian siswa untuk 

mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan pada siswa kelas III d 

SMP Negeri 19 Bandung. Keaktifan siswa pada pelaksanaan model latihan 

inkuiri termasuk dalam kategori tinggi. Penerapan model latihan inkuiri pada 

pembelajaran konsep rangkaian listrik selama dua siklus dapat mengubah 

penguasaan konsep siswa baik secara perorangan maupun secara klasikal, 

walaupun belum dapat mencapai ketuntasan belajar standar Depdiknas. 

Kendala yang paling utama dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan 

pembelajaran adalah sulit memotivasi siswa agar dapat membangun dan 

menenukan sendiri teori dan konsep listrik yang sedang di belajarkan. Sikap

siswa terhadap pembelajaran konsep rangkaian listrik dengan menerapkan 

model latihan inkuiri cukup positif (menerima).

No comments: