TEMPAT BERBAGI HAL-HAL YANG BERMANFAAT

Monday, June 16, 2008

Pengaruh frekuensi evaluasi terhadap hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran penemuan terbimbing (inkuiri)

oleh:
Faisal Rohman
A. JUDUL
Pengaruh frekuensi evaluasi terhadap hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran penemuan terbimbing di kelas VIII SMP N 1 Mejobo Kudus pada pokok bahasan persamaan garis lurus.

B. LATAR BELAKANG
Keberadaan pelajaran matematika di jenjang pendidikan SMP cukup besar artinya baik untuk menunjang keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran matematika, yaitu sulit menangkap pemahaman mengenai materi yang disampaikan. Banyak siswa yang mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang paling sulit,seperti yang dikatakan oleh Soedjadi (2000:7) bahwa dewasa ini matematika sudah berkembang sedemikian rupa sehingga terlalu sulit untuk dapat dikuasai seluruhnya oleh seorang siswa.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru yang berhasil dan sesuai dengan harapan tergantung dari bagaimana guru memilih dan menggunakan strategi yang tepat. Dengan strategi yang tepat, proses belajar mengajar dalam kelas akan berjalan lancar. Strategi yang digunakan juga tergantung dari bagaimana guru dapat menciptakan suasana kelas yang konduktif dengan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar seperti guru memberikan bentuk soal yang mengarah pada jawaban divergen dan penyelidikan akan mendukung interaksi timbal balik yang optimal.
Kegiatan interaksi belajar mengajar matematika harus ditingkatkan efektifitas dan efesiensinya. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu, diperlukan strategi pembelajaran yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mengkonstuksikan pengetahuan dalam benak mereka.
Masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika mungkin disebabkan karena metode belajar yang digunakan kurang efektif. Dengan demikian pencapaian tujuan pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dan hendaknya guru mengembangkan metode pembelajaran yang dianggap baik, dalam arti dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan Oleh karena itu akan diimplementasikan metode penemuan terbimbing (Inquiry Learning). Dengan metode ini diharapkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur matematika melalui proses pengalaman belajar. Dalam pembelajaran matematika dimana peneliti yang bertindak sebagai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri rumus-rumus dan cara penyelesaian soal matematika dengan bimbingan guru sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar khususnya pada pokok bahasan persamaan garis lurus.







Secara sistematis dapat dilihat pada skema berikut ini.
Siswa
Ø Motivasi dalam kelas bagus
Ø Sikap dalam kelas bagus
Ø Menyenangi matematika
Implementasi
Metode Inquiry
Menemukan
sendiri
Keberhasilan
pembelajaran
Siswa termotivasi belajar
Guru
Ø Pengelolaan kelas bagus
Ø Pendekatan induktif
Ø Disukai siswa
Ø Frekuensi evaluasi














Dari uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbasis penemuan siswa kelas VIII SMPN 1 MEJOBO KUDUS, yaitu dengan melakukan evaluasi.



C. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Eksperiment ini adalah sebagai berikut:
Apakah melalui tingkat keseringan melakukan evaluasi dengan implementasi metode penemuan terbimbing (Inquiry Learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 MEJOBO KUDUS pada pokok bahasan persamaan garis lurus.

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi evaluasi terhadap hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran penemuan terbimbing di kelas VIII SMP N 1 Mejobo Kudus pada pokok bahasan persamaan garis lurus.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat penelitian bagi siswa:
a. Siswa merasa senang karena dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika karena akan dihadapkan pada sesuatu yang menantang.
c. Siswa lebih terampil menyelesaikan soal – soal yang ada dengan cepat dan tepat.
d. Semakin meningkatnkan prestasi belajar matematika siswa.
e. Kemampuan bernalar siswa semakin bagus.
2. Manfaat penelitian bagi guru:
a. Guru lebih kreatif.
b. Kualitas ilmu pengetahuan guru yang meningkat
c. Guru dapat mengetahui kesulitan siswa dalam belajar matematika serta mencari cara mengatasinya.
3. Manfaat penelitian bagi sekolah:
a. Meningkatkan prestasi sekolah.
b. Memberikan masukan pada sekolah tentang cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah-istilah kunci yang digunakan dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar terjadi pemahaman istilah secara seragam. Istilah-istilah itu adalah sebagai berikut:
Ø Pengaruh .
Penagruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu , orang, benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan..(Tim KBBI 1999)
Ø Frekuensi .
Frekuensi adalah banyaknya melakukan sesuatu atau hal / tingkat keseringan.
Ø Evaluasi .
Evaluasi sama dengan pengukuran dan penilaian. Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti menilai dengan melakukan pengukuran terlebih dahulu.
Ø Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk perubahan penguasaan, penggunaan dan penilaian tentangatau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Gagne dan Berliner (dalam Dra. Catharina, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil belajar dari pengalaman .
Menurut Gagne (dalam Anni, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan menusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Menurut Hilgrad dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge,comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4”) to become informe of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap (baharudin, 2007:11).
Belajar mengajar adalah suatu proses interaksi antara pelajar dengan pengajar dalam suatu situasi pengajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan (Engkoswara,1979:51).
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi inteaksi optimal antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa (suyitno, 2004:2).
Ø Penemuan terbimbing
Metode penemuan terbimbing (Inquiry Learning) adalah suatu metode dalam belajarnya siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru dengan mendapat bimbingan dari guru, yang berarti guru memberikan persoalan kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu. Metode penemuan terbimbing (Inquiry Learning) adalah mengadakan penekanan terhadap siswa untuk belajar secara individual, penekanan terhadap kecakapan siswa untuk mencapai tujuan, penekanan terhadap aktivitas siswa mengadakan pengamatan sebelum kesimpulan (suhito,2001:11).


Ø Matematika.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:566).
Ø Hasil Belajar.
Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. (Psikologi Belajar, 2004:4) oleh Dra. Catharina dkk
Maksud seluruh judul dari peneliti yaitu pengaruh frekuensi evaluasi terhadap hasil belajar siswa khusunya pada pokok bahasan…dengan metode penemuan. Dalam hal ini obyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMPN 1 MEJOBO KUDUS, Tahun Ajaran 2008/2009

G. LANDASAN TEORI
1. Belajar
1.1 Pengertian Belajar
Untuk memahami pengertian belajar secara umum, perlu diadopsi beberapa pengertian dan konsep belajar yang dikemukan oleh beberapa ahli paedagogig antara lain:
a. Prof. Dr. Oemar Hamalik (2004:27)
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
b. Gagne dan Berliner (dalam Dra. Catharina, 2004:2)
Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
ü Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
ü Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
ü Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
c. J. P. Chaplin (2001:272)
1) Belajar merupakan perolehan dari sembarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau pengalaman.
2) Belajar adalah proses mendapatkan reaksi-reaksi sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus.
Proses belajar seeorang dapat dipengaruhi dari beberapa faktor, terutama faktor psikologis dalam diri seseorang tersebut A. N. Fransen (dalam Sumadi Suryabrata, 2002:236) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:
i. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas.
ii. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
iii. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi dengan kompetisi.
iv. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
v. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
vi. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Berdasarkan batasan-batasan belajar yang diberikan beberapa ahli, dapatlah diambil suatu pengertian belajar, yaitu proses usaha seseorang yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku yang diperolehnya tersebut berupa pengetahuan dan keterampilan.


1.2 Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar namun terdapat beberapa prinsip yang berlaku umum yang dapat dipikir sebagai dasar dalam upaya pembelajaran.
Menurut Dimyati Mujiono (2002 : 42) diantaranya:
v Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam peranan belajar. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadinya belajar. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang penting. Ia adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut dan akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
v Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.



v Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
v Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
v Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
v Balikan dan penguatan
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

v Perbedaan individual
Perbedaan individual akan berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
1.3 Prestasi Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subyek dan objek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran yaitu prestasi belajar. Tujuan pembelajaran tentu saja akan tercapai bila anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan.
Di sekolah, perubahan tingkah laku ditandai dengan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya, perubahan itu sering disebut prestasi belajar. Dan prestasi belajar merupakan hasil belajar yang biasanya dinyatakan dengan nilai. Nilai tersebut mestinya mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

2. Pengertian dan Hakekat Belajar Matematika.
Matematika berasal dari bahasa Laatin “ mathematica” yang diambil dari perkataan Yunani “mathematike”. Kata ini mengandung unsur kata “mathe” yang berarti ilmu pengetahuan, dan kata “mathemein” yang mengadung arti bernalar. Jadi menurut asal kata, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh secara bernalar.
Herman Hudoyo (2005:35) menjelaskan bahwa obyek penelaahaan matematika tidak sekeda kuantitas, tetapi lebih dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur karena kenyataannya, sasaran kuantitas tidak banyak artinya dalam matematika. Dengan demikian, dapat dikatakan matematika itu berkenaan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis. Ini berarti matematika bersifat abstrak, yaitu berkenaan dengan konsep-konsep abstrak dan penalarannya deduktif. Pada hakekatnya, berpikir matematika itu dilandasi oleh kesepakatan-kesepakatan yang disebut aksioma. Karena itu matematika merupakan sistem yang aksiomatik.
Ruffendi E. T. (dalam H. Erman Suherman, 2003:16) menjelaskan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat dipahami orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati bersama secara global (universal) yang dikenal bahasa matematika.
3. Proses Belajar Mengajar
Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi timbal balik antara guru dan siswa.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau informasi seseorang pada orang lain yang biasanya proses penyampaiannya menggunakan bahasa. Tapi tidak tertutup kemungkinan komunikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan isyarat/alat yang sesuai dengan informasi yang disampaikan (Pandji Anoraga, 1995:121). Sebagai komunikasi pada proses belajar mengajar adalah siswa, sedangkan sebagai komunikasi menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa (Dartium, 1986:11). Jika sekelompok siswa menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai pengarah atau pembimbing, maka akan terjadi proses interaksi yang tinggi.
Proses komunikasi yang mungkin dapat terjadi selama proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Searah
Yaitu komunikasi yang hanya terjadi dari guru ke siswa. Sehingga guru bertindak sebagai komunikator secara mutlak.
b. Komunikasi Dua Arah
Yaitu komunikasi yang terjadi dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru. Guru maupun siswa bisa bertindak sebagai komunikator. Dengan komunikasi dua arah, siswa dapat belajar secara aktif dan kegiatan siswapun mulai tampak. Jika proses belajar terjadi dengan peragaan, maka kegiatan guru akan lebih bervariasi dalam menggunakan metodologi.
c. Komunikasi Multi Arah
Yaitu komunikasi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan guru, ataupun antara sekelompok siswa dengan guru. Guru maupun siswa bisa bertindak sebagai komunikator. Proses belajar mengajar akan terjadi lebih bervariasi dan fungsi peragaan bukan hanya bersifat eksperimen bagi para siswa.
Dengan demikian, komunikasi sangat berperan dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan suatu hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.


4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dra. Catharina (2004:11-12) dalam bukunya Psikologi Belajar mengatakan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi:
1) Faktor internal yang terdiri dari:
a. Kondisi fisik
b. Kondisi psikis
c. Kondisi sosial
2) Faktor eksternal terdiri dari:
a. Variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yanmg dipelajari (direspon)
b. Tempat belajar
c. Iklim
d. Suasana lingkungan
e. Budaya belajar masyarakat
Kondisi fisik seorang siswa adalah kondisi jasmani secara umum yang meliputi antara lain: kesegaran, tingkat kelelahan sakit dan sebagainya. Kondisi ini jelas sangat mempengaruhi proses belajar siswa maupun hasil dari belajar siswa tersebut.
Kondisi psikis meliputi: tingkat kecerdasan, bakat, minat motivasi, emosi serta kemampuan kognitif ssiwa. Faktor-faktor tersebut dari data statistik menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan hasil belajar siswa.
Kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. lingkungan yang dimaksud adalah faktor lingkungan alami yang meliputi: iklim, suhu, cuaca dan sebagainya; serta lingkungan sosial yang melingkupi siswa kesehariannya seperti teman bergaul, kasih sayang orangtua dan sebagainya. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar dan perkembangan.
Dalam faktor eksternal, pembelajar yang akan mempelajari materi belajar yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, sementara itu dia belum memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan untuk mempelajarinya, maka dia akan mengalami kesulitan. Misalnya anak yang belajar perkalian, harus telah memiliki kemampuan internal tentang pertambahan dan pengurangan. Tempat belajar yang kurang memenuhi syarat, iklim atau cuaca yang panas dan menyengat, dan suasana lingkungan yang bising akan mengganggu konsentrasi belajar.
5. Evaluasi
Ø Subjek Evaluasi
Yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Subjek evaluasi untuk setiap tes ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.

Ø Sasaran Evaluasi
Objek atau sasaran evaluasi adalah segala sesuatu 6yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.(Suharsimi, 2002:20).
Dalam evaluasi ada dua teknik yaitu teknik tes dan nontes.ciri – ciri tes yang baik 6yaitun memiliki :
§ Validitas.
§ Reliabilitas.
§ Objektivitas.
§ Praktikabilitas.
§ Ekonomis.
Ø Menganalisis Hail Tes.
Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu :
a. Cara pertama meniliti secara jujur soal – soal yang sudah disusun, jadang – kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain – lain keadaan soal tersebut.
Pertanyaan – pertanyaan tersebut diantaranya :
ü Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
ü Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
ü Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis).faedah mengadakan analisis soal adalah :
ü Membantu kita dalam mengidentifikasi butir – butir soal yang jelek.
ü Mempeoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal – soal untuk kepentingan lebih lanjut.
ü Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
c. Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk mengadakan checking validitas kulikuler kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
d. Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas.
Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal – soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi

.
6. Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry) merupakan salah satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik. Dalam pembelajaran inkuiri siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan mereka sendiri dengan konsep – konsep dan prinsip – prinsip, guru medorong siswa memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Selama proses inkuri seorang berlangsung, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaan-pertanyaan bersifat open ended, memberi kesempatan pada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi hanya satu jawaban yang benar).
Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil insiaif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangan bekerja dalam berbagai masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan taletanya masing-masing.

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sain dan matematiaka, ilmu bahasa, seni, dan teknik.
Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melapokan hasil–hasil temuanya lisan ataupun tertulis. Dengan begitu mereka belajar dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siawa-siswanya – siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa memungkinkan guru untuk menjadi fasilisator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.
Ketika guru menggunakan teknik inkiri, guru tidak terlalu banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri. Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yang baik yang ada dalam diri siswa-siswanya, dan kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus. Siklus ini terdiri dari langkah-lang kah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
v Bagai mana sejarah trigonomtri?
v Dapatkah anda mememukan konsep trigonometri dalam kehidupan sehari-hari?
2. Mengunpulkan data melalui observasi
v Menbaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
v Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau obyek yang diamati.
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gamnbar, laporan, tabel dan karya lainya.
v Siswa menbuat bagan trigonometri sendiri.
v Siwa membuat paragraf tentang kegunaan trigonometri.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audien yang lain
v Karya disampaikan teman sekelas atau kepada orang lain untuk mendapatkan masukan.
v Bertanya jawab dengan teman.
v Memunculkan ide-ide baru.
v Melakukan refleksi
v Menempelkan gambar, kaya tulis, bagan, peta, dan sejenisnya dikelas, majalah dinding.
Jika digambarkan dalam sebuah bagan , siklus inkuiri tampak seperti berikut. Siklus inkuiri adalah:
1. Obsevasi (observatin);
2. Bertanya (Questioning);
3. Mengajukan dugaan (Hipotesis);
4. Mengumpulkan data (Data gathering);
5. Penyimpulan (conclution).

Inquiry process
Questions
Draw conclusions
Observing





7. Persamaan Garis Lurus
Persamaan garis lurus dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk dengan berbagai variabel. Seperti contoh – contoh berikut :
1 Y= 2x
2 Y= 3x + 4
3 S= 20t
4 Q = -20 + 4p
a. Gradien
Gradien adalah ukuran kemiringan atau kecondongan suatu garis lurus.
Ø Gradien garis yang melalui dua titik.
Misal diketahui geris g yang melalui titik A (x1,y1) dan B (x2.y2) :


B


A
maka gradien garis g atau yang biasa dilambangkan dengan m adalah mAB = mBA =

Ø Gradien garis yang saling sejajar.


g h

perhatikan gambar diatas!
Diketahui garis g // garis h, maka :
mg = mh
jadi garis – garis yang sejajar mempunyai gradien yang sama.
Ø Gradien garis yang saling tegak lurus.
g
h
Garis g garis h, maka :
mg . mh = -1 mg = -





b. Persamaan Garis
Ø Persamaan garis dalam bentuk y = mx dan y = mx + c
Persamaan garis y = mx
Persamaan Garis
gradien
Y = x
Y = 2x
Y = - x
2
-

Dari tabel terlihat bahwa koefisien x dari suatu persamaan garis ternyata merupakan gradien garis itu, misalnya :
Persamaan garis y6 = 2x mempunyai garadien 2.
Persamaan garis y = - x mempunyai gradien - .
Dapat disimpulkan persamaan garis y = mx bergradien m dan melalui titik O (0,0).
Ø Persamaan garis y = mx +c
Persamaan garis
gradien
Titik yang dilalui
Y = x
Y = x + 3

Y = x +6

(0,0)

(0,3)

(0,6)

Dari tabel diatas diperoleh hubungan berikut :
Persamaan garis Y = x bergradien dan melalui (0,0).
Persamaan garis Y = x + 3 bergradien dan melalui (0,3).
Persamaan garis Y = x + 6 bergradien dan melalui (0,6).
Persamaan garis Y = mx + c bergradien m dan melalui (0,c).
Titik (0,c) adalah titik potong garis Y = mx + c dengan sumbu Y.
Ø Persamaan garis dengan gradien m dan melalui titik (x1,y1).
Persamaan garis yang melalui sebarang titik (x1,y1) dan bergradien m adalah
Y – y1 = m (X – x1)

H. KERANGKA BERPIKIR
Keberhasilan proses belajar mengajar selalu menjadi harapan bagi setiap pendidikan, maka diperlukan kecermatan dalam memilih strategi yang tepat.




Siswa
1. motivasi dalam kelas bagus
2. sikap dalam kelas bagus
3. menyenangi matematika
4. belajar kurang
5. sulitnya belajar matematika
Guru
1. disukai siswa
2. pengelolaan kelas bagus
3. metode tanya jawab dan ceramah
4. pendekatan induktif
Diduga metode mengajar kurang efektif
Kurang berhasil dalam pembelajaran
Implementasi metode inkuiri
Keberhasilan pembelajaran
Siswa termotivasi untuk belajar
Siswa
1. motivasi dalam kelas bagus
2. sikap dalam kelas bagus
3. menyenangi matematika
Guru
1. pengelolaan dalam kelas bagus
2. pendekatan induktif
3. disukai siswaSecara sistematis kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:





















I. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan permasalahan dan uraian landasan teori di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika pembelajaran matematika pada pokok bahasan persamaan garis lurus dilakukan dengan pembelajaran berbasis penemuan kemudian siswa di beri soal – soal untuk evaluasi maka dapat di duga hasil belajar siswa akan meningkat.

J. Lokasi dan Objek Penelitian
SMP Negeri 1 Mejobo berlokasi di Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.
Kelas yang akan dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Mejobo, yang keseluruhan siswanya berjumlah 42 siswa.

K. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mejobo.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mejobo.
sebanyak 3 kelas yaitu kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji coba.

3. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling Two-Stage sampling.
L. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua buah, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas : frekuensi evaluasi mata pelajaran matematika.
2. Variabel terikat : hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Mejobo.
M. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Dokumenter
Metode dokumenter digunakan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sebagai dasar dalam penelitian ini. Dengan metode ini akan diperoleh daftar nama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mejobo tahun pelajaran 2008/2009, yang kemudian akan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian.
2. Metode Kuisioner/Angket
Metode ini digunakan untuk mengetahui minat siswa terhadap proses pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan persamaan garis lurus, serta digunakan untuk mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi atau penggunaan alat peraga. Metode angket berisi daftar pertanyaan tertulis berupa pilihan yang akan dijawab oleh siswa.
3. Metode Test
Metode ini digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika khususnya pokok bahasan persamaan garis lurus.
4. Metode Observasi
Metode observasi pada penelitian ini menggunakan catatan informal, catatan bebas dalam blangko pengamatan dimana observer mencatat adanya kemajuan atau kemunduran pada interaksi kegiatan belajar mengajar yang meliputi perubahan sikap, minat, dan tanggungjawab siswa dalam belajar.
5. Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mejobo.
6. Metode Pengumpulan data
Menggunakan teknik tes. Tes dilakukan untuk memperoleh data setelah eksperimen diadakan. Tes ini digunakan sebagai cara memperoleh data kuantitatif yang selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis



7. Analisis
Analisis data dalam penelitian ini memanfaatkan software SPSS. Dan jika menggunakan manual maka secara sederhana langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Analisis Instrumen Tes
Daya Pembeda Soal
Taraf kesukaran

Validitas
Digunakan rumus Produck Moment :
(Suharsimi Arikunto,1986:138)
Reliabilitas
a) Menghitung varians dengan rumus
b) Menghitung harga realibilitas dengan rumus

2. Analisis Data
2.1 Uji Normalitas Sampel
Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS.
2.2 Uji Homogenitas Data Penelitian
Untuk melakukan uji homogenitas, digunakan Independent T-Test dalam SPSS. Kriteria pengujian menggunakan standar SPSS.
2.3 Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan two-way ANOVA di dalam SPSS. Klriteria pengujian dijelaskan sesuai dengan standar SPSS. Untuk uji lanjut menggunakan Post-Hoc LSD dalam SPSS
8. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Awal
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menganalisis data dalam menguji apakah data kedua kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak.
Akan diuji pasangan hipotesis
: Data berdistribusi normal
: Data tidak berdistribusi normal
Untuk pengujian hipotesis dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
= Harga Chi-Kuadrat
= Frekuensi hasil pengamatan / observasi
= frekuensi yang diharapkan
= banyaknya inteval
Kriteria pengujian jika dengan derajat kebebasan dk = dan taraf signifikan 5 % maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2002:273).
b. Uji Homogenitas (Kesamaan Varians)
Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen.
Akan diuji pasangan hipotesis

Untuk pengujian hipotesis tersebut, uji statistik yang digunakan adalah uji kesamaan varians, dengan rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 2002:250).
Jika dengan adalah banyak subyek pada kelompok varians terbesar dan adalah banyak subyek pada kelompok varians terkcil, maka diterima.
















DAFTAR PUSTAKA

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa . 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Amin Suyitno, dkk. 2001. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.Yogyakarta : Rineka Cipta
Catharina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudoyo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika . Malang : Universitas Malang Press.
Mujiono, Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Nana, Sudjana. 1998. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

No comments: